Nasab dan pribadi Khadijah binti Khuwaylid Ra.
Khadijah Ra merupakan anak perempuan dari Khuwaylid bin Asad. Ibunya adalah Fatimah binti Za’idah bin Asamm. Sebelum ada yang menikahinya, khadijah Ra pernah dipinang waraqah bin Naufal, tetapi tidak sampai dinikahi. Kemudian beliau menikah dengan Abu Halah yang nama sebenarnya adalah Hindun bin Nabbash bin Zurarah dari keluarga Tamim. Ayahnya seorang yang terkemuka di kaumnya, tinggal di Makkah dan bersekutu dengan puak Abdud Darbin Qusay. Pernikahan khadijah Ra dengan abu halah berdasarkan aturan bahwa Bani Quraisy harus menikah dengan sekutu mereka. Pernikahan antar puak itu menghasilkan dua orang anak laki-laki yang bernama Hindun dan Halah. Pernikahan itu tidak berlangsung lama karena Hindun bin Nabbash meninggal dunia.
Kemudian, Khadijah binti Khawaylid Ra menikah lagi dengan Atiq bin ‘abid dari keluarga al Makhzum yang masih termasuk golongan bangsawan Quraisy. Pernikahan itupun tidak berlangsung lama karena Atiq meninggal dunia. Dari pernikahan ini, lahir seorang anak perempuan yang diberi nama Hindun.
Meski demikian, Khadijah Ra dikenal memiliki pribadi yang luhur dan akhlak yang mulia. Dalam kehidupan sehari – hari, ia senantiasa memelihara kesucian dan martabat dirinya. Ia menjauhi adat istiadat yang tidak senonoh yang banyak diikuti wanita- wanita Arab Jaluliyyah pada waktu itu. Atas sikapnya itu, penduduk madinah menyebutnya sebagai ath Thahirah. Pikirannya tajam, berlapang dada, kuat himmah-nya, dan tinggi cita-citanya. Ia suka menolong orang yang hidup dalam kekurangan dan snagat santun kepada orang-orang yang lemah. Selain itu, ia seorang wanita yang pandai berdagang.
Meski begitu, ia tidak menjalankan perdagangannya itu sendiri, melainkan dijalankan beberapa orang kepercayaan atau sengaja mengambil upah untuk membawa dagangannya ke negeri Syams atau negeri-negeri lainnya. Perdagangannya sangat maju sehingga menjadikannya wanita yang kaya raya dan sangat dermawan dalam masyarakat Quraisy di kota Makkah. Tidaklah mengherankan jika dengan sifat – sifat seperti itu, masih banyak yang berusaha meminang Khadijah Ra.
Namun, semua pinangan ditolak dengan cara yang bijak dan halus sehingga tidak menyinggung atau menghina perasaan laki-laki yang meminangnya. Begitulah kebesaran pribadi dan ketinggian budi Khadijah Ra yang menjadi pilihan allah SWT bagi Nabi Saw.
Peran penting Khadijah Ra dalam Menopang Dakwah Nabi Saw.
Sebagai isteri pilihan Allah SWT bagi Nabi Muhammad Saw, Khadijah Ra menunjukkan pengorbanan yang sangat besar, di antaranya :
a. Ia memberi kesempatan dan keleluasaan yang sebesar-besarnya kepada Muhammad (ketika itu belum diangkat menjadi nabi), untuk memasuki dunia berpikir dan alam nafsani hingga mendapatkan hakekat yang benar dan mutlak. Ia terus mendorong Nabi Muhammad Saw tanpa harus memikirkan urusan-urusan rumah tangga. Bahkan ketika Nabi Muhammad ber – ta- hannuts Gua Hira’ selama beberapa hari, ia menyiapkan perbekalan untuk Nabi Muhammad Saw.
b. Ketika Nabi Muhammad Saw mengalami kejadian – kejadian yang luar biasa dalam Tahannuts atau tidurnya, Khadijah Ra datang untuk mryakinkan dan menghibur suaminya.
c. Ketika Nabi Muhammad Saw dalam lebingungan dan kegelisahan setelah menerima wahyu pertama, ia pun menghibur dan meyakikan bahwa Nabi Muhammad Saw-lah yang akan mengangkat kaumnya ke derajat yang lebih mulia. Hal itu dilakukan pernyataan Waraqah bin Naufal berdasarkan ciri-ciri yang disebutkan di dalam Injil.
d. Selain itu Khadijah Ra adalah orang pertama yang membenarkan kerasulan Nabi Saw.
a. Ia memberi kesempatan dan keleluasaan yang sebesar-besarnya kepada Muhammad (ketika itu belum diangkat menjadi nabi), untuk memasuki dunia berpikir dan alam nafsani hingga mendapatkan hakekat yang benar dan mutlak. Ia terus mendorong Nabi Muhammad Saw tanpa harus memikirkan urusan-urusan rumah tangga. Bahkan ketika Nabi Muhammad ber – ta- hannuts Gua Hira’ selama beberapa hari, ia menyiapkan perbekalan untuk Nabi Muhammad Saw.
b. Ketika Nabi Muhammad Saw mengalami kejadian – kejadian yang luar biasa dalam Tahannuts atau tidurnya, Khadijah Ra datang untuk mryakinkan dan menghibur suaminya.
c. Ketika Nabi Muhammad Saw dalam lebingungan dan kegelisahan setelah menerima wahyu pertama, ia pun menghibur dan meyakikan bahwa Nabi Muhammad Saw-lah yang akan mengangkat kaumnya ke derajat yang lebih mulia. Hal itu dilakukan pernyataan Waraqah bin Naufal berdasarkan ciri-ciri yang disebutkan di dalam Injil.
d. Selain itu Khadijah Ra adalah orang pertama yang membenarkan kerasulan Nabi Saw.
Pengorbanan Khadijah Ra dalam menopang Dakwah Nabi Saw.
Pengorbanan Khadijah Ra dalam menopang dakwah Nabi Saw merupakan pengorbanan paling utama karena menjadi penyokong awal dan utama bagi dakwah Islam. Meski kekayaannya terus terkuras, hal itu tidak menggoyahkan keimannya kepada Nabi Saw. Bahkan, beliau terus menunjukkan dukungan yang tiada tara dengan menghibur dan menyejukkan hati Nabi Saw. Ketika beliau dicaci maki atau diejek kaumnya.
Di dalam sirah dikisahkan bahwa ketika Nabi Saw menerima wahyu pertama yang menandai diangkatnya beliaru sebagai Nabi, Khadijah Ra adalah orang pertama yang menghibur, memberi dorongan, d an menenagkan hati Nabi Saw. Kepulangan Nabi Saw dari Gua Hira’ setelah menerima wahyu pertama dan masih dalam keadaan gemetar disambut Khadijah Ra dengan menyelimuti beliau. Setelah Nabi Saw agak reda dan menceritakan kejadian yang menimpanya kepada Khadijah Ra, Khadijah Ra pun menghiburnya sambil mengatakan :
“bergembiralah, hai anak pamanku!Tetapkanlah hatimu. Demi Tuhan yang jiwa Khadijah berada di dalam genggamannya! Saya berharap engkaulah yang akan menjadi nabi bagi kaum kita ini. Allah tidak akan mengecewakan engkau. Bukankah engkau senantiasa berkata benar, selalu menghubungkan tali silaturahim, menolong setiap orang yang ditimpa kemalangan dan kesengsaraan?”.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika kenangan Nabi Saw pada dukungan dan pengorbanan Khadijah Ra Tidak hilang dari ingatan beliau meskipun Allah SWT telah memilihkan baginya istri-istri yang lain. Apalagi kematian Khadijah Ra adalah kematian yang tragis, yaitu dalam keadaan kelaparan pada saat pemboikotanyang dilakukan bangsa Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Padahal sebelumnya, Khadijah Ra adalah keturunan bangsawan d an kaya raya.
Sirah-sirah menggambarkan penderitaan yang dialami Bani Hasyim dan Bani Muthalib-tidak hanya pengikut Nabi Saw- dalam kisah yang pedih. Misalnya pada kisah pemboikotan Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Akibatnya pemboikotan itu, mereka tidak mendapatkan makanan sehingga hanya memakan rumput-rumputan. Seperti kotoran binatang yang memakan rran mereka (berwarna hijau). Bahkan ada diantara mereka yang terpaksa memakan kulit unta kering yang sudah terkena air seni. Mereka mencucinya, lalu memasaknya sekadar untuk menghilangkan rasa lapar seperti diceritakan Sa’ad bin Abi Waqqash.
“Pada suatu malam, aku keluar rumah untuk buang air kecil. Aku mendengar sesuatu yang berbeda karena kejatuhan air seniku. Setelah kulihat, ternyata sehelai kulit unta kering. Kulit itu kuambil lalu kucuci. Bulu (rambutnya)nya kubakar, sedangkan kulit itu kurendam dan kurebus. Dengan kulitu itu, aku dapat mengisi perut selama tiga hari. (Hadis riwayat Yunus dari Sa’ad bin Abi Waqqash Ra).
Silahkan komentar dengan bijak dan sopan, salam silaturahmi