Kisah Kasih sayang
yang dipenuhi Pengorbanan
yang dipenuhi Pengorbanan
Nabi Musa As termasuk salah satu nabi yang dimasukkan ke dalam golongan nabi-nabi ulul ‘azmi (memiliki kesabaran yang luar biasa dalam berdakwah kepada fir’aun dan kaumnya).semua itu karena nabi Musa As diuji dengan banyak menghadapi perlawanan Fir’aun dan bala tentaranya, serta pembangkangan Bani Israil yang telah diselamatkan dan diberi banyak karunia berupa mukjizat.
Namun dibalik semua itu, ada sebuah pengorbanan awal yang luput dari perhatian kebanyakan manusia bahwa Nabi Musa As lahir ari seorang mukminah yang banyak berkorban. Keberadaanya di zaman kekuasaan Fir’aun yang membunuhi semua anak laki-laki dari Bani Israil ketika ia sendiri tengah mengandung Nabi Musa As yang termasuk Bani Israil adalah perjuangan tersendiri. Keadaan itu digambarkan Alwur’an di dalam ayat berikut :
Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang- wenangdimuka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah dengan menindas segolongan dari mereka (Bani Israil). Menyembelih anak laki- laki mereka, dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang yang berbuat kerusanan (QS Al Qashash:4).
Jadi, ditengah keadaan yang amat genting. Ibu Nabi Musa As mengandung dibawah ancaman pembunuhan terhadap anaknya. Ketika waktu untuk melahirkan sudah tiba, ibu nabi Musa As pun pergi ke tepian sungai Nil agar tidak terlihat bala tentara Fir’aun. Namun, itupun masih tidak cukup karena sesudah melahirkan Nabi Musa As, ia masih harus mencari cara untuk menyembunyikan anaknya itu. Jika itu tidak dilakukan, tentu Nabi Musa As akan disembelih seperti anak laki- laki Bani Israil lainnya.
Pada saat bersamaan, Allah SWT memberi ilham kepada Nabi Musa As agar menghanyutkan bayi yang baru dilahirkannya itu ke tengah sungai Nil. Itu adalah pilihan yang bahayanya hampir sama dengan menyerahkan bayinya ke tentara Fir’aun, yaitu bahaya kematian, karena sungai Nil adalah sungai yang terpanjang dan terlebar di Afrika, bahkan di dunia. Sungai Nil membentang dari sudan di sebelah selatan hingga Mesir di sebelah utara.
Kami ilhamkan kepada Ibu Nabi Musa, “ Susukanlah ia dan jika kamu khawatir terhadapnya (disembelih tentara Fir’aun)”, hanyutkanlah ia kedalam sungai(NIL). Janganlah kamu khawatir dan bersedih hati karena sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya (salah seorang) dari para Rasul. (QS Al Qashash: 7).
Ditengah kecemasan yang amat kuat, ibu Musa As mengikuti ilham dari Allah SWT itu. Setidaknya dengan menghanyutkan anaknya, ia masih berharap dapat bertemu lagi dengannya seperti janji Allah SWT di ayat tersebut daripada melihat anaknya disembelih tentara Fir’aun.
Letakkanla ia (Musa) di dalam peti lalu hanyutkan ke sungai (NIL), pasti sungai itu akan membawanya ke tepi supaya diambil musuh-Ku dan musuhnya (QS Tha Ha : 39).
Namun apa daya, anak dihanyutkannya itu justru di pungut keluarga Fir’aun.
Dipungutla ia (Nabi Musa) oleh keluarga Fir’aun. (QS al Qashash: 8).
Kecemasan yang amat kuat itu pun semakin menyesakkan dadanya. Mungkin bayangan yang muncul dibenak saat anaknya di pungut Fir’aun adalah seperti menyerahkan anaknya ke mulut buaya sungai NIL. Hal itu membuat hatinya begitu hampa dan hampir – hampir saja membuka rahasia bahwa bayi yang dipungut keluarga Fir’aun itu adalah anaknya. Kehampaan itu dilukiskan Allah SWT di ayat berikut .
Menjadi hampalah hati ibu Nabi Musa sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa seandainya kami tidak meneguhkan hatinya supaya ia termasuk orang-orang yang yakin (kepada janji Allah). (QS al Qashash : 10.)
Setelah agak reda kecemasan di dalam dada ibu Musa As, iapun mulai berpikir taktis dan strategis dengan mengutus anaknya, saudara perempuan Nabi Musa As, untuk mengikuti keluarga Fir’aun.
Berkatalah ibu Musa As kepada saudara perempuan Musa, “ikutilah ia !” Tampaklah Musa olehnya dari jauh, sedangkan mereka (keluarga Fir’aun) tidak mengetahuinya”. (QS Al Qashash : 11).
Sunbgguh, Allah SWT Maha Pembuat rekayasa. Kemudian, Nabi Musa As yang masih bayi itu tidak mau menyusu kepada isteri Fir’aun atau kepada perempuan- perempuan lain yang biasa menjadi ibu susuan.
Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan – perempuan yang menyusukan (nya) sebelum itu. Berkatalah saudara Musa (kepada keluarga Fir’aun), “Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan dapat berlaku adil kepadanya?” (QS Al Qashash: 12).
Ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalui ia berkata kepada (keluarga Fir’aun): “Maukah saya tunjukkan kepadamu orang yang akan memelihara nya?” (QS Tha Ha : 40).
Dengan demikian, kesempatan ibu Nabi Musa As untuk bertemu dengan anaknya itupun terbuka lebar. Wujud pertolongan dari janji Allah SWT kepadanya pun terbukti.
Kami kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang hatinya dan tidak berduka cita serta supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, Namunun, kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (QS Al Qashash: 13).
Kamipun mengembalikan kau kepada ibumu agar senang hatinya dan tidak berduka cita (Qs Tha Ha: 40).
Disitu pula tabiat ujia yang dilalui ibu Nabi Musa As dan keteguhan iman yang di tubjukkannya dengan meyakini janji (pertolongan) Allah SWT. Sesungguhnya bukti keimanan itu adalah ketika seorang hamba yakin sepenuhnya kepada janji (pertolongan) Allah SWT tanpa harus mengetahui dulu wujud dan waktu pertolongan itu datang seperti yang di tujukkan ibu Nabi Musa As.
Back
Back
Silahkan komentar dengan bijak dan sopan, salam silaturahmi