Cerita Rakyat Sulawesi Selatan
Lakipadada, adalah bangsawan toraja yang
jadi paranoid terhadap maut, sehingga berusaha mencari mustika tang mate supaya
dia bisa hidup kekal, tanpa dihantui kematian (mirip cerita Nabi Sulaiman).
Lakipadada didalam legenda itu diceritakan kehilangan orang2 tersayangnya, ibu,
saudara perempuan, saudara laki-laki, bahkan pengawal dan hamba2nya satu demi
satu meninggal dunia. Kemudian Lakipadada menjadi paranoid, berusaha
menegasikan kemungkinan kematian juga datang padanya.
Pergilah dia mengembara dengan tedong
bonga nya mencari mustika tang mate yang bisa mengekalkan kehidupannya,
diantaranya mengarungi ke teluk bone dengan buaya sakti (yang barter service
dengan imbalan tedong bonga), mencari Pulau Maniang, tempat yang dianggapnya
dihuni oleh seorang kakek tua sakti berambut dan jenggot putih yang diceritakan
memiliki mustika itu.
Karena kekurang sabarannya, Lakipadada
gagal memenuhi persyaratan yang diajak si tua sakti; puasa makan minum dan
tidur selama tujuh hari tujuh malam. Akhirnya gagal usahanya mendapatkan tang
mate. Tapi dari sini Lakipadada mendapat hikmah yang menyadarkannya bahwa
menghindari kematian sama halnya dengan menantang kuasa Tuhan. Tidak ada yang
bisa melawan takdir Tuhan.
Lakipadada, kemudian mengembara lagi
dengan menumpang bergelantungan di cakar burung Garuda yang
membawanya ke negeri Gowa. Disana Lakipadada, yang sudah
tercerahkan, menyebarkan hikmah kebajikan dan berhasil mendapat simpari Raja,
mengobati dan membantu permaisuri raja melahirkan. Lakipadada diangkat menjadi
anak angkat dan Putra Mahkota.
Diakhir cerita diceritakan Lakipadada
yang memperistri bangsawan Gowa, kemudian diangkat menjadi raja Gowa, penguasa
baru yang bijak. Dia memiliki tiga orang anak, yang kemudian menjadi penerusnya
dan mengembangkan kerajaan-kerajaan lain di jazirah sulawesi. Putra sulung,
Patta La Merang menggantinya di tahta Gowa. Putra kedua, Patta La Baritan
ditugaskan ke Sangalla, Toraja dan menjadi raja disana. Putra bungsu, Patta La
Bunga, menjadi raja di Luwu.
Akulturasi damai. Lakipadada yang berasal
dari Toraja berdamai dengan tiga suku lain; belajar hikmah dari Bugis/Bajo
(kakek sakti di pulau Maniang), menjadi raja di pusat budaya Makassar, dan
mengirim anaknya menjadi Datu di Luwu. Akulturasi ini lah yang mengabadikan
darah dan silsilahnya, juga cerita legenda yang mengantarkannya pada kita saat
ini, mungkin inilah mustika tang mate yang dimaksudkan, keabadian melalui cerita/legenda.
(SELESAI)
Silahkan komentar dengan bijak dan sopan, salam silaturahmi